Selasa, 27 September 2011

tangisan hati yang terluka

Menghias Hati dengan Menangis

menangis“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim) Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt.

- Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain

Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan- Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”

Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi. Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawab kan apa yang telah kita lakukan.

- Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung

Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.

Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt.

Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”

- Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit

Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya akan masuk surga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup.

Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah. Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga.

Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

- Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih

Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)

Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya.

Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan. “Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.

***

Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (ikutilah Muhammad saw.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31)

Jumat, 16 September 2011

Anak Ku Sayang Selamatkan Akhlakmu

Wahai anakku sayang, ketika engkau merasa berat dalam berbakti pada ayah ibumu, maka sesungguhnya kewajiban kedua orang tuamu terhadap dirimu lebih berat dari itu semua.
Lihat dan ambilah teladan dari seorang bayi serta kasih sayang orang tuanya pada anak itu, dan lihatlah susah payah kedua orang tua dalam memelihara kesehatan anaknya, memberi makan dan minum serta menjaganya siang dan malam, disaat sehat maupun sakit. Sekarang engkau tau, betapa beratnya tanggung jawab orang tuamu dalam mendidik dan membesarkanmu hingga engkau tumbuh dewasa.



Setiap orang tua lebih menyukai bila anaknya dapat mencapai kedudukan (derajat) yang lebih tinggi dan penghormatan yang lebih mulia dari mereka.

Wahai anakku sayang, takutlah engkau membuat kemarahan kedua orang tuamu. Karena sesungguhnya murka orang tuamu adalah murka Alloh juga, dan Barang siapa membuat Alloh murka (karena membuat kemarahan orang tuanya), maka dia akan merugi dunia akhirat.

Wahai anakku sayang, taatilah perintah ayah ibumu, jangan sekali-kali membantahnya, kecuali bila mereka memerintahkanmu untuk ingkar pada Robbmu.

Wahai anakku sayang, sesungguhnya orang yang paling menyayangimu adalah ayah ibumu yang telah mendidik dan memeliharamu sejak kecil sampai engkau tumbuh dewasa, menjadi seorang pelajar dan menuntut ilmu pengetahuan Islam. Karena itu terimalah nasehat dan petuahnya, karena orang tuamu lebih mengetahui sesuatu yang akan engkau hadapi dari pada dirimu sendiri, dan orang tuamu lebih mengetahui sesuatu yang membawa sifat manfaat dan mudlorot atas dirimu. Sesungguhnya Alloh-lah yang menguasai dan memberi petunjuk, pertolongan kemashlatan (kebaikan) dirimu.

※ KILAUAN HARTA BUKAN SEGALA-GALA NYA BAGI MUSLIMAH※

Kilauan harta bukan segala-galanya bagiku -

aku mencari AGAMA,

dan inilah yang terpenting untukku.

Aku menginginkan lelaki saleh,

Yang bisa membantuku melakukan kebaikan dan ketaatan.

Jika dia mencintaiku, dia pasti akan menghormatiku.

Dan jika dia membenciku,dia akan melepasku baik-baik.

※mudah-mudahan ALLAH akan mengabulkan Doa

dan keinginan baik kita semua.

Aamiin

※ISTRI WAJIB TAAT KEPADA SUAMI DALAM KEBAIKAN※


Saudariku, seorang ISTRI diwajibkan untuk menaati SUAMINYA,selama suaminya tidak memerintahkan nya berbuat maksiat atau memberinya perintah yang tidak mampu ia laksanakan-

Ketaatan merupakan perkara yang lumrah dalam kehidupan bersama SUAMI - ISTRI.tidak diragukan lagi bahwa ketaatan seorang istri kepada suaminya darat menjaga keutuhan rumah tangga mereka dari perpecahan -menumbuhkan rasa cinta suami kepada istri,memperdalam ikatan keduanya,memupuk kasih sayang diantara anggota keluarga,menjauhkan pertengkaran dan perselisihan yang bisa mengakibatkan perceraian.,menyerahkan wewenang kepemimpinan kepada suami-dan menyerahkan urusan perlindungan keluarga kepadanya dengan segala daya ,kemampuan dan akal yang diberikan ALLAH kepadanya,serta tanggungjawab nafkah yang ditentukan ALLAH atas dirinya-semua hal ini termasuk karunia ALLAH yang diberikan kepada para suami atas istri mereka .

“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,oleh karena ALLAH telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (wanita),dan karena mereka (lelaki)telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu,maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada ALLAH lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada-oleh karena ALLAH telah memelihara (mereka).”

(QS.An-Nisaˋ:34.)

ANAK ku SAYANG




Wahai anakku
Tiadakah kau tahu  bahwa alam tersenyum manis padamu hari ini
Bulan bergembira di porosnya
Bintang-bintang ceria sesamanya
Dan planet-planet bertasbih mendoakanmu

Tiadakah kau tahu, anakku
Bahwa Allah begitu sayang padamu
Menobatkanmu jiwa yang fitrah
Engkau bersih di seluruh tubuhmu
Engkau suci diawal nafas dan detak jantungmu

Wahai anakku
Wajahmu bak ibumu saat pertama kali ayah temui nafasnya
Tampan hatimu bak ayahmu yang akan menghadapi banyak ujian
Sejak engkau lahir hingga kelak engkau beranjak dewasa

Ayah ingin engkau tahu, anakku
Suci-mu saat ini adalah ujian
Tangismu adalah doa
Dan susu yang kau minum itu bisa jadi amal juga jadi dosa

Wahai anakku
Ayah dan ibu berharap dengan doa
Semoga engkau cepat tumbuh dewasa karena Tuhan menanti jihadmu
Menebarkan cinta Ilahi
Menyerukan ayat-ayat Tuhan
Menemukan Syurga Firdaus di jalan-Nya
Dan Berjumpa dengan-Nya

Nak, Ayah dan ibu cinta padamu!

※SUAMI HARUS BERPRASANGKA BAIK KEPADA ISTRINYA DAN TIDAK MENGKHIANATINYA※


Seorang suami haruslah berbaik Sangka kepada istrinya. Pada saat yang sama , ia harus tetap hati-hati dan waspada,serta menjauh dari segala faktor dan penyebab kerusakan dan pelanggaran syariat-

Berbaik sangka kepada istri diperintahkan oleh ALLAH dalam firman-NYA:

“Mengapa diwaktu Kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri,dan (mengapa tidak)berkata,'Ini adalah suatu berita bohong yang nyata'
(QS. An-Nur :12)

Dalam awat lain ,ALLAH juga berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman,jauhilah kebanyakan dari prasangka , sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain,dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain .-sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertakwalah kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
(QS.AL-Hujurat:12)

Suami juga tidak boleh mempermainkan istrinya
dan berkhianat kepadanya.

Rabu, 14 September 2011

HENTIKAN SOSOK KEBANCI-BANCIAN

Komisi Penyiaran Indonesia mengingatkan semua stasiun televisi agar tidak menayangkan acara yang menampilkan sosok kebanci-bancian dengan lawakan yang cenderung berbau porno. Hal ini perlu dilakukan untuk menghormati umat Islam yang menjalankan ibadah Ramadhan. Sebelumnya imbauan itu juga telag disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

“KPI dan MUI memberi peringatan kepada stasiun televisi untuk tidak menayangkan tayangan kebanci-bancian. Seperti reality show, komedi dan lawakan konyol yang biasa ditayangkan itu, ” kata Ketua KPI Pusat Sasa Djuarsa Sendjaja, di Jakarta, Senin (1/9).

Sasa menambahkan, KPI dan MUI khawatir jika tayangan seperti itu terus dieksploitasi maka akan mempengaruhi anak-anak.

“Bahkan dalam agama Islam, banci kan sebenarnya tidak boleh dan MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai itu, ” ucapnya.

Jika hal ini tidak mendapat respon positif, lanjut Sasa, KPI akan menjatuhkan sanksi administratif sampai ke pencabutan izin siaran terhadap stasiun televisi tersebut.

Terkait model kebancian-bancian ini, KPI akan membuat dan mengeluarkan surat peringatan kepada semua stasiun televisi, untuk tidak menampilkan atau membuat tayangan dengan model kebancian-bancian.
Sebelumnya, Sasa mengatakan bahwa hampir disemua stasiun televisi mempunyai tayangan-tayangan dengan model seperti itu. Padahal, tayangan-tayangan dengan model kebancian merupakan bentuk dari pelecehan terhadap kelompok tertentu dan itu melanggar aturan dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI.

Sementara itu, Pengamat pendidikan Arif Rahman mengatakan, gangguan seks pada komunitas tertentu (banci) yang ditiru sebagai gaya dalam beberapa tayangan televisi bukanlah untuk dieksploitir. Banci itu merupakan gangguan atau penyakit yang harus ditolong.

“Tayangan-tayangan dengan model kebanci-bancian ini harus dihilangkan dari wajah televisi kita, pasalnya ini akan membuat banyak peniruan-peniruan khususnya pada anak-anak, ” jelas Arif. (novel)

Kenapa sekarang ini para pelawak dijadikan tontonan bahkan andalan?

Padahal di dalam Islam, para pelawak itu adalah termasuk jenis orang yang dikecam oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan berkali-kali dinyatakan celakah baginya, celakalah baginya…

عن بَهْزُ بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ بِالْحَدِيثِ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ فَيَكْذِبُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ (الترمذي وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ)

Dari Bahz bin Hakim, bahwa bapaknya telah bercerita kepadanya dari kakeknya, ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah bagi orang yang berbicara dengan satu pembicaraan agar menjadikan tertawanya kaum, maka ia berdusta, celakalah baginya, celakalah baginya.” (HR At-Tirmidzi, hadits hasan).
Dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi syarah At-Tirmidzi dijelaskan, bercandanya Nabi hanyalah benar dan tidak menyakiti hati serta tak keterusan.  Sedangkan lawak, maka Syaikh Al-Mubarakafuri mengecamnya sebagai berikut:

فَإِنْ كُنْت أَيُّهَا السَّامِعُ تَقْتَصِرُ عَلَيْهِ أَحْيَانًا وَعَلَى النُّدُورِ فَلَا حَرَجَ عَلَيْك . وَلَكِنْ مِنْ الْغَلَطِ الْعَظِيمِ أَنْ يَتَّخِذَ الْإِنْسَانُ الْمِزَاحَ حِرْفَةً , وَيُوَاظِبَ عَلَيْهِ وَيُفْرِطَ فِيهِ ثُمَّ يَتَمَسَّكُ بِفِعْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَهُوَ كَمَنْ يَدُورُ مَعَ الزُّنُوجِ أَبَدًا لِيَنْظُرَ إِلَى رَقْصِهِمْ , وَيَتَمَسَّكُ بِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذِنَ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فِي النَّظَرِ إِلَيْهِمْ وَهُمْ يَلْعَبُونَ ( وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ ) كَرَّرَهُ إِيذَانًا بِشِدَّةِ هَلَكَتِهِ , وَذَلِكَ لِأَنَّ الْكَذِبَ وَحْدَهُ رَأْسُ كُلِّ مَذْمُومٍ وَجِمَاعُ كُلِّ شَرٍّ .

 Maka apabila engkau wahai pendengar membatasi candaan sesuai dengan yang dialami Nabi saw dan hanya kadang-kadang secara jarang maka tidak apa-apa. Tetapi menjadi salah besar apabila seseorang menjadikan candaan/ lelucon itu sebagai profesi/ pekerjaan (seperti pelawak, pen), dan menekuninya dan keterusan dengannya, kemudian (berdalih) memegangi perbuatan Rasulullah saw, maka itu seperti orang yang mengitari Zunuj (satu masyarakat dari Sudan) terus-terusan untuk melihat jogetnya dengan berdalih bahwa Nabi saw mengizinkan Aisyah ra melihat mereka (zunuj) yang sedang bermain. Celakalah baginya, celakalah baginya; kata-kata ini diulang-ulang (oleh Nabi saw) menunjukkan sangat keras kerusakannya. Hal itu karena bohong itu sendiri adalah pangkal segala yang tercela dan pusat segala keburukan. (Al-Mubarakafuri, Tuhfatul Ahwadzi, Syarah Jami’ At-Tirmidzi, juz 6 halaman 498 المباركفوري). – (ج 6 / ص 498 ], الكتاب : تحفة الأحوذي بشرح جامع الترمذي)

Bahaya lawakan itupun sudah dikemukakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan melarang kita untuk banyak tertawa, karena akan mematikan hati:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ (ابن ماجة إِسْنَاده صَحِيح رِجَاله ثِقَات)

Riwayat dari Abi Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Janganlah kamu sekalian banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati. (HR Ibnu Majah, sanadnya shahih, rijalnya kuat).

As-Sindi dalam Kitab Syarah Sunan Ibnu Majah menjelaskan, “mematikan hati” itu maksudnya menjadikannya keras, tidak terpengaruh oleh nasihat-nasihat sebagaimana mayit.

Imam Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari dalam bab tersenyum dan tertawa, bahwa yang tampak dari kumpulan hadits-hadits bahwa Nabi saw keadaannya yang paling banyak tidak lebih dari tersenyum, dan barangkali lebih dari itu adalah tertawa. Dan yang dibenci hanyalah banyaknya tertawa atau kelewatan dengannya, karena hal itu menghilangkan sopan santun.

Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad dan Ibnu Majah mengemukakan hadits Rasulullah saw dari Abu Hurairah: . Janganlah kamu sekalian banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.

Mukjizat Alquran

Mukjizat Alquran : Tapak Sejarah Sedekah - Sholahuddin Al Ayyubi



Ahli sedekah sepanjang hayat diantaranya adalah Sholahuddin Al Ayyubi.
Panglima Sholahuddin atau populer dikenal sebagai Saladin (1137-1193)
Ia adalah sultan Mesir yang pada masa kekuasaannya berhasil menyatukan
Mesir dan Syria( Suriah) dalam naungan satu Daulah Islamiyah. Selanjutnya
ia berhasil merebut kembali Al Aqsha-Yerusalem dari kekuasaan imperium Romawi.

Keberhasilan ini ditebus melalui operasi jihad fenomenal melawan pasukan
musuh dari Jerman, Inggris dan Perancis yang menyertakan ratusan ribu
pasukan yang mengular dibelakangnya. Perang inilah sebagai pemicu timbulnya
Perang Salib III.

Tahun 1193 Panglima Sholahuddin wafat.
Ketika peti harta warisan Sholahuddin dibuka isinya nyaris kosong. Bahkan sekedar
untuk biaya pemakamannya pun tidak cukup. Gaji ratusan ribu dinar yang diterima
selama hidupnya rupanya telah habis disedekahkan kepada kaum dhuafa.

Demikianlah-
Utamanya sedekah adalah di bulan Ramadhan, kata Rasulullah SAW.
(HR Tirmidzi dari Anas ra)
Namun hendaknya semangat sedekah dilakukan secara berkesinambungan.
Ummul Mukminin Aisyah ra ketika ditanya, apakah Rasulullah mengkhususkan suatu
bulan untuk beribadah, "Tidak," jawab Aisyah, "beliau selalu berkesinambungan."
Tak mengapa kuantitas sedekah menurun dibanding Ramadhan, namun konsisten
sepanjang hayat.
Rasulullah SAW bersabda : " Amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinyu
walau sedikit" (Muttafaq 'Alaih)

ORANG PINTAR

ORANG PINTAR

oleh Keluarga Sakinah pada 12 September 2011 jam 21:24
Umar bin Khattab radhiyallaahu 'anhu meriwayatkan bahwa ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam, tiba - tiba muncul seorang sahabat Anshar. Setelah mengucap salam kepada beliau, ia bertanya : Ya Rasulullah, siapakah orang mukmin yang terbaik ? Beliau menjawab : Yang paling baik akhlaqnya. Kemudian ia bertanya lagi : Siapakah orang mukmin yang paling pintar ? Beliau menjawab : Yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar. [ Rawahu Thabrani dan Ibnu Majah ].

Syaddad bin Aus mengatakan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda : Orang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Dan orang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya tetapi berharap - harap terhadap Allah. [ Rawahu Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Thabrani ].

TIDAK ADA SESUATU PUN YANG KAMU LIHAT GEMERLAPAN ITU ABADI....
KARENA YANG ABADI HANYALAH ALLAH....
HARTA DAN ANAK - ANAKMU PUN AKAN LENYAP....
KAUM 'AAD SUDAH PERNAH INGIN ABADI TETAPI GAGAL....
BEGITU PULA DENGAN NABI SULAIMAN SANG PENGENDALI ANGIN, MANUSIA DAN JIN....
MANA RAJA YANG DULU PERNAH PALING BERJAYA DI MUKA BUMI ?....
KELAK SEMUA AKAN TUNDUK DAN TAK MAMPU BERBOHONG....

Sa'id bin Jubair mengatakan bahwa orang yang menipu Allah adalah mereka yang keras kepala melakukan maksiat, nasehat - nasehat agama tidak pernah dihiraukan tetapi masih mengharapkan ampunan Allah....Mengharapkan ampunan Allah dengan terus menerus bermaksiat dan berbuat buruk itu sama halnya dengan menempa besi yang dingin.

KISAH PENEROKAAN ANGKASA LEPAS DAN PENDARATAN DI BULAN DI DALAM AL QURAN

KISAH PENEROKAAN ANGKASA LEPAS DAN PENDARATAN DI BULAN DI DALAM AL QURAN

oleh Fakta : Kebenaran Islam Melampaui Sains Moden pada 13 September 2011 jam 11:36



Penerokaan manusia di ruang angkasa telah dimulakan dengan pelancaran Satelit Sputnik dari Kesatuan Soviet pada 4 Oktober 1957, yang membawa manusia pertama yang pernah meninggalkan atmosfera Bumi: Angkasawan Soviet Yuri Gagarin.

Pada 20 Julai 1969, Amerika angkasawan Neil Armstrong pula menjadi manusia pertama yang pernah menjejakkan kaki di Bulan.

Al-Quran telah mendedahkan perkembangan dan pencapaian itu satu hari nanti akan menjadi kenyataan. Sebagai contoh, Allah menarik perhatian kita ini di dalam ayat berikut:
Wahai sekalian jin dan manusia! Kalau kamu dapat menembus keluar dari kawasan-kawasan langit dan bumi (untuk melarikan diri dari kekuasaan dan balasan Kami), maka cubalah kamu menembus keluar. Kamu tidak akan menembus keluar melainkan dengan satu kekuasaan. ( Surah ar-Rahmaan : ayat 33 )


Perkataan Arab - Sultan, diterjemahkan sebagai "pihak berkuasa yang jelas," mempunyai makna yang lain iaitu berkuat kuasa, kuasa, kedaulatan, kekuasaan, undang-undang, jalan, kebenaran, memberikan cuti, mewajarkan, dan bukti.


Kajian terperinci mendedahkan ayat di atas menekankan bahawa manusia akan dapat bergerak ke kedalaman bumi dan langit, dengan teknologi lebih baik. Besar kemungkinan, ini adalah kuasa unggul teknologi yang lebih tinggi dalam abad kedua puluh, dengan ini ia membolehkan ahli-ahli sains untuk mencapai matlamat.








PENDARATAN DI BULAN

Firman Allah swt maksudnya :

Dan bulan apabila (penuh cahayanya) menjadi purnama. Sesungguhnya kamu tetap melalui beberapa keadaan yang bertingkat-tingkat baik buruknya, (sebelum kamu menemui Tuhan - menerima kesenangan dan kebahagiaan atau sebaliknya). Maka apakah alasan bagi mereka bersikap tidak mahu beriman? ( Surah Al-Insyiqaaq : ayat 18-20 )


Selepas merujuk kepada perkataan " Bulan ", ayat-ayat di atas kemudian menunjukkan bahawa orang ramai akan naik secara berperingkat. Perkataan " Tarkabunna " berasal dari kata kerja "Rakiba" , bermaksud : (gunung, berjalan di atas jalan, ikuti, memulakan pada, melaksanakan, mengambil bahagian, atau rukun). Dalam pencerahan makna ini, ia adalah kemungkinan besar kepada ungkapan "anda akan naik secara berperingkat" iaitu merujuk kepada kenderaan yang akan dinaiki.

Malah, kapal angkasa angkasawan melalui setiap lapisan atmosfera satu demi satu, dan kemudian mula melalui medan graviti Bulan. Oleh itu, Bulan hanya dicapai selepas bergerak melalui lapisan demi lapisan.

Di samping itu, kaitan yang ditunjuk oleh ikrar Bulan dalam ayat 18, Surah al-Inshiqaq mengukuhkan lagi penekanan ini, bererti bahawa ayat itu mungkin menjadi tanda bahawa selepas lebih 1300 tahun ayat ini diturunkan, umat manusia akan melakukan perjalanan ke Bulan. (Allah Maha Mengetahui.)







SUMBER 1 
SUMBER 2



Sesungguhnya orang yang beriman itu ialah orang yang apabila disebutkan Allah akan gementar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya (ayat-ayat Allah) akan bertambahlah iman mereka, dan kepada Rab (Tuhan) mereka bertawakal. ( Surah an-Anfal : Ayat 2 )

Wallahua'lam

بسم الله الرحمن الرحيم

Ya Allah, manfaatkanlah untuk diriku apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku dan ajarilah aku dengan apa yang bermanfaat bagiku dan limpahkanlah rizqi berupa ilmu yang bermanfaat bagiku. Tambahkanlah ilmu kepadaku.
Segala puji bagi Allah dalam keadaan apapun dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan penghuni neraka.

Ingatlah! Suatu Saat, Kecantikan Tak Lagi Berarti

eng, tahu nggak, ibu muda cantik yang Jeng ajak bicara ketika pengajian Muharram kemarin sudah meninggal!”
“Innalillahi wa innailaihi raaji’uun. Sepertinya Jeng Nida tidak punya sakit yang serius. Lalu beliau meninggal karena apa Jeng Lis?” tanya Ratna penasaran.

“Lha, ya itu yang menjadi teka-teki. Katanya tidak ada tanda-tanda kalau Jeng Nida mau meninggal. Waktu pagi dan siang hari beliau biasa momong bayinya. Eh, tiba-tiba malam hari meninggal.”

“Eh, Jeng, bagaimana ya kalau itu terjadi pada kita?”

“Jangan ngomong gitu ah, ngeri! Lagian anak-anak kita masih kecil. Kasihan kalau tidak ada ibunya!”

***

Obrolan tersebut menunjukkan betapa misteriusnya kematian. Datangnya tak disangka-sangka, hadirnya pun tak diharapkan. Padahal kita tahu dan sering menyaksikan kejadian alamiah ini.

Kullu nafsin dzaaiqatul-mauut. Tiap-tiap yang berjiwa pasti mati.

Kematian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa. Sebagai wanita, hampir setiap hari kita melihat kematian. Ketika kita memasak ikan atau ayam, maka ikan dan ayam tersebut tadinya hidup, lalu mati.

Tapi herannya, banyak di antara kita yang tak bisa mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari peristiwa ini. Kematian di sekeliling kita, termasuk dalam rutinitas kerja, tak mampu menggetarkan hati.

Kematian tetangga pun tetap tak memecut hati untuk mengingat kematian. Bahkan bencana dahsyat seperti tsunami di Aceh, banjir lumpur di Jember, tanah longsor di Banjarnegara, yang menelan ratusan korban, tak juga menyadarkan kita akan dekatnya kematian. Barulah ketika salah seorang keluarga meninggal dunia, kita tersentak dan merasa sangat kehilangan. Kita merasa bagaikan orang yang paling menderita di dunia. Tak jarang sampai tak sadarkan diri.

Seharusnya, kita senantiasa sadar akan adanya hidup setelah kematian. Dengan begitu kita bisa menyikapi kematian dengan bijaksana.

Anak-anak pun harus diajari apa hakikat kematian itu. Dengan demikian mereka memiliki sikap yang benar ketika menghadapi kematian. Setidaknya, mereka tidak trauma berkepanjangan ketika suatu hari orang-orang yang mereka cintai pergi ke alam baka.

Selalu Ingat

Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti punya maksud atas setiap kematian. Buat kita yang masih hidup, kematian tak lain adalah peringatan agar kita tidak terlena kepada kehidupan yang semu, lalu lalai dari tujuan hidup yang sebenarnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menangguhkan (kematian)-ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang orang yang saleh.’” (Al-Munaafiqun: 9-10)

Begitulah manusia, tempat lalai dan lupa, selalu menunda-nunda pekerjaan yang baik dan terlalu panjang cita-cita. Ketika ajal mejemput, barulah menyesal karena lupa mempersiapkan hari esok.

Jika diingatkan secara halus tak bisa, perlu peringatan keras (berupa kematian) agar manusia mau introspeksi diri. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik nasihat adalah kematian.” Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk selalu mengingat mati. Bahkan, ziarah kubur yang dulunya dilarang bagi kaum wanita, kemudian malah dianjurkan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Baihaqi, seperti kutipan di bawah ini:

Pada suatu hari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha pernah datang dari kuburan. Lalu aku bertanya padanya, “Wahai Ummul-Mukminin, darimanakah engkau?” ‘Aisyah menjawab, “Dari kuburan saudaraku, Abdurrahman.’ Kemudian kutanyakan lagi, “Bukankah Rasulullah melarang ziarah kubur?” ‘Aisyah menjawab,  “Benar, beliau pernah melarang ziarah kubur, akan tetapi kemudian beliau menyuruhnya.” Adz-Dzahabi mengatakan hadits ini shahih.

Membuat Hidup Optimis

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Bila kamu berada pada waktu sore, maka janganlah menantikan waktu pagi. Dan bila kamu berada pada waktu pagi, jangan nantikan waktu sore. Pergunakan masa sehatmu untuk menyongsong masa sakitmu, dan pergunakan masa hidupmu untuk menyongsong saat kematianmu.” (Riwayat Bukhari)

Waktu terus berlalu dan tak bisa diulang kembali. Inilah konsep hidup yang dinamis. Sebagai Muslimah, tiada kata nanti untuk berbuat kebaikan. Tiada kamus malas dalam kehidupan.

Dengan selalu mengingat bahwa hidup adalah ladang menanam amal kebaikan, yang akan dituai setelah kematian, bisa menumbuhkan motivasi yang besar untuk selalu berkarya. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang banyak manfaatnya untuk orang lain?

Nah, seharusnya seorang Muslimah tidak perlu takut menghadapi kematian. Justru kematian adalah gerbang menuju hidup yang abadi. Menghadap Ilahi adalah kebahagian sejati. Dengan adanya konsep hidup setelah mati, hidup Muslimah jadi terarah pasti.

Tetapi kita juga dilarang berharap kematian sekalipun penderitaan menimpa bertubi-tubi. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan mati. Karena kalau ia orang baik, maka mungkin masih bisa menambah kebaikannya, dan kalau ia jahat maka mungkin ia akan menghentikan kejahatannya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Seandainya terpaksa harus menginginkan mati, maka hendaklah berdoa, “Allaahumma ahyinii maa kaanatil-hayaatu khairan lii, watawaffanii idzaa kaanatil wafaatu khairan lii” (Wahai Allah, lanjutkan hidupku ini kalau hidup ini memang baik bagiku, dan matikanlah aku seandainya mati itu lebih baik bagiku). (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Sejarah telah mencatat begitu banyak Muslimah maju ke medan perang dan tak takut mati. Pada awal perjuangan Islam, justru istri dan putri-putri Nabi menjadi penyokong perjuangan tegaknya Islam. Tak bisa diukur begitu besar pengorbanan yang mereka berikan. Pada kurun waktu berikutnya, tak sedikit Muslimah yang ikut berperang di garis belakang. Bahkan ketika keadaan mendesak, mereka tampil di garis depan.

Pahala menjadi seorang syahidah mampu mengalahkan rasa takut akan kematian. Bila non-Muslim ingin hidup selamanya, maka sebaliknya, Muslimah menantikan syahid di jalan Allah. Tak ada kematian yang sia-sia dalam Islam. Walau mati di tempat tidur, jika diniatkan ibadah, tetap bisa masuk surga. Apalagi yang jelas-jelas ada dalilnya, seperti ibu yang meninggal ketika melahirkan dan sebelum menyapih anaknya.

Jadi, tak ada alasan bagi kita untuk takut mati. Yang penting bagaimana kita menyiapkan diri untuk menyongsongnya.*

Hukum talqin Bagi Bayi dan Orang Yg Meninggal

Asalamu’alaikum. Ustadz roy, ana melihat umumnya orang mati lalu di kubur sebelum tanah ditimbunkan ada orang yg melantunkan azan dan talqin seolah mengajari mayat untuk menjawab pertanyaan malaikat nanti, apa ini ada dasar hadist yg sahih? Ana minta keterangan dari ustadz. Terima kasih atas jawaban ustadz semoga surga balasannya.
(Aviv Abdul Wahhab)
Jawab:
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Wa iyyakum.
Yang disyari’atkan ketika menguburkan mayat adalah mengucapkan: “Bismillah wa ‘ala millati rasulillah atau bismillah wa ‘ala sunnati rasulillah.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzy, dan Ibnu Majah dari Ibnu ‘Umar dan dishahihkan Syeikh Al-Albany)

Dan setelah menguburkan mayit adalah mendoakan dengan ampunan dan penetapan dalam menjawab pertanyaan, sebagaimana dalam hadist, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai menguburkan orang beliau berdiri dan mengatakan:
استغفِروا لأخيكم واسألوا له التثبيتَ فإنه الآن يُسْأَل
“Mohonkanlah ampun untuk saudara kalian dan mintalah ketetapan untuknya karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud, dari ‘Utsman bin Affan, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany)
Adapun adzan ketika menguburkan mayat maka ini menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak boleh diqiyaskan dengan adzan di telinga bayi yang baru lahir karena adzan ketika itu juga tidak ada dasar yang shahih dan seandainya shahihpun tidak boleh diqiyaskan karena qiyas tidak boleh masuk dalam ibadah.
Berkata Ibnu Hajar Al-Haitamy (wafat tahun 974 H, termasuk ulama Syafi’iyyah)pernah ditanya tentang permasalahan ini maka beliau menjawab:
هو بدعة ومن زعم أنه سنة عند نزول القبر قياسا على ندبهما في المولود إلحاقا لخاتمة الأمر بابتدائه فلم يصب وأي جامع بين الأمرين ومجرد أن ذاك في الابتداء وهذا في الانتهاء لا يقتضي لحوقه به
“Ini adalah bid’ah, dan barangsiapa yang menyangka bahwa ini sunnah ketika selesai menguburkan, dengan mengqiyaskan adzan ketika dia lahir, dan menghubungkan akhir hidupnya dengan awalnya, maka dia telah terjatuh dalam kesalahan, apa yang mengumpulkan kedua perkara ini? kalau hanya karena ini di awal kehidupan dan itu di akhir kehidupan maka ini tidak mengharuskan ini disamakan dengan itu.” (Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubra 2/24).

Syeikh Al-Albany mengategorikan ini di dalam bid’ah jenazah (lihat Ahkamul Janaiz hal: 217, maktabatul ma’arif), demikian pula Syeikh bin Baz (lihat Majmu’ dan Rasail beliau 10/361). Lihat juga Fatawa Al-lajnah Ad-daimah 9/72.

Pendapat yang ana kuatkan bahwa talqin tidak disyari’atkan kecuali bagi orang yang mau meninggal, adapun setelah meninggal maka tidak disyari’atkan karena tidak ada dalil yang shahih yang menunjukkan tentangnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لقنوا موتاكم لا إله إلا الله
Talqinlah (tuntunlah) orang yang mau meninggal (untuk mengucapkan) Laa ilaaha illallah.” (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudry)

Berkata An-Nawawy:
مَعْنَاهُ مَنْ حَضَرَهُ الْمَوْت ، وَالْمُرَاد ذَكِّرُوهُ لَا إِلَه إِلَّا اللَّه لِتَكُونَ آخِر كلامه
“Maknanya: Orang yang sedang didatangi kematian, maksudnya: Ingatkan dia laa ilaaha illallah supaya itu menjadi akhir ucapannya.” (Syarh Muslim 6/219)

Beliau shallalllahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya “laa ilaaha illallah” maka akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud, dari Mua’dz bin Jabal, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany).

Ketika paman beliau Abu Thalib mau meninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk beliau dan menalqinnya seraya mengatakan:
أي عَمِّ، قل لا إله إلا الله، كلمةً أُحَاجُّ لك بها عند الله
“Wahai pamanku, katakanlah laa ilaaha illallahu, sebuah kalimat yang aku akan berhujjah dengannya untukmu disisi Allah.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin:
تلقين الميت بعد الدفن لم يصح الحديث فيه فيكون من البدع
“Mentalqin mayit setelah dikubur tidak ada hadist shahih di dalamnya, maka amalan ini termasuk bid’ah.” (Asy-Syarh Al-Mumti’ 5/364).

Berkata Syeikh Shalih bin Fauzan:
أما بعد خروج الروح فإن الميت لا يلقن لا قبل الدفن ولا بعد الدفن، ولم يرد بذلك سنة صحيحة عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ فيما نعلم، وإنما استحب تلقين الميت بعد دفنه جماعة من العلماء، وليس لهم دليل ثابت عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ لأن الحديث الوارد في ذلك مطعون في سنده، فعلى هذا يكون التلقين بعد الدفن لا أصل له من سنة الرسول صلى الله عليه وسلم، وإنما قال به بعض العلماء اعتمادًا على حديث غير ثابت .
فالتلقين بعد الدفن لا أصل له في السنة، وإنما التلقين المشروع هو عند الاحتضار، لأنه هو الذي ينفع المحتضر ويعقله المحتضر لأنه مازال على قيد الحياة ويستطيع النطق بهذه الكلمة وهو لا يزال في دار العمل، أما بعد الموت فقد انتهى العمل .
“Adapun setelah keluarnya nyawa maka mayit tidak ditalqin, apakah sebelum dikuburkan atau setelahnya, dan setahu kami tidak ada hadist yang shahih dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam permasalahan ini. Hanya saja sebagian ulama menganjurkannya setelah mayit dikubur, namun mereka tidak memiliki dalil yang tetap dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena hadist yang mereka jadikan dalil ada pembicaraan dalam sanadnya, oleh karena itu talqin setelah mayit dikuburkan adalah tidak ada asalnya dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hanya sebagian ulama menganjurkan karena berpegang pada hadist yang tidak tetap.”
Jadi talqin setelah penguburan tidak ada asalnya di dalam sunnah, dan talqin yang disyariatkan adalah ketika mau meninggal, karena itulah yang bermanfaat bagi orang yang mau meninggal dan bisa dia pahami sebab dia masih hidup dan mampu mengucapkan kalimat ini, dan dia masih di negeri amal, adapun setelah mati maka amal sudah selesai (Al-Muntaqa min Fatawa Al-fauzan no: 131).
Wallahu a’lam.
Ustadz Abdullah Roy, Lc.
Sumber: tanyajawabagamaislam.blogspot.com
Kata Kunci Terkait: surga, bagaimana, hutang mayat sunnah, hukum mentalqin jenazah, buku mengenai haram talqin mayat, orang mati di adzani, isa, mengubur mayit harus di adzani, talkin mayat menurut hadish shahih, hadits tentang adzan bagi jenaza

Selasa, 13 September 2011

Takdir-Mu itu indah....


Nabi Muhamad Saw bersabda : " Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sgala perkara yang yg dialaminya sangat menakjubkan. Setiap TAKDIR yang di tetapkan Allah bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila kebaikan dialaminya maka ia bersyukur,dan hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila keburukan menimpanya,dia bersabar,dan hal itu merupakan kebaikan baginya"
Hadist ini mencakup seluruh TAKDIR-NYA yang di tetapkan bagi para hamba-NYA yang beriman.
dan segala TAKDIR itu akan bernilai kebaikan,apabila sang hamba bersabar terhadap TAKDIR ALLAH yang tidak menyenangkan dan bersyukur atas TAKDIR yang di sukainya.

WANGI HARUM MASYITHAH



Kisah dari seorang wanita bernama Masyithah yg menjadi penerang kegelapan istana fir'aun,dia mempertahankan kebenaran,meskipun berat dan pahit rasanya..Lalu siapakah yg menjadi obor bagi kita di kegelapan abad skarang....

Di Riwayatkan dari ibnu Abbas Radhiallahu'anhu,dia berkata"Rasulallah saw bersabda," Pada saat malam terjadinya Isra' saya mencium bau harum,saya pun bertanya," Ya jibril,bau harum apakah ini ?"..jibril menjawab,"ini adalah bau wangi wanita penyisir rambut putri fir'aun (masyithah) dan anak anaknya. saya bertanya "bagaimana bisa demikian ?"...jibril bercerita "ketika dia menyisir rambut putri fir'aun suatu hari,tiba2 sisirnya terjatuh,dia mengambilnya dengan baca BISSMILLAH (dengan nama ALLAH)"..putri fir'aun berkata "Hay dengan nama bapakku?"..Masyithah berkata,"Bukan ALLAH adalah Tuhanku dan Tuhanmu begitu juga Tuhan Bapakmu." putri fir'aun bertanya"kalau begitu kamu punya Tuhan selain Ayahku?"..wanita Tukang sisir itupun menjawab "ya"..anak putri fira'aun berkata "akan aku laporkan pada Ayahku"
wanita tukang sisir itupun mnejawab "silahkan"...
putri fir'aun pun melaporkan pada bapaknya,dan fir'aun pun memanggil Masyithah...
fir'aun bertanya"hay..Masyithah,apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?"..Masyithah menjawab "ya.. Tuhanku dan Tuhanmu adalah ALLAH."
kemudian fir'aun memerintahkan untuk mempersiapkan periuk besar dari tembaga untuk di panaskan,satu persatu anak wanita tukang sisir itu kemudian di lemparkan kedalam periuk yg mendidih.Beberapa saat kemudian Masyithah berkata kepada fir'aun "saya mempunyai satu permohonan."..fir'aun menjawab "katakan."..Masyithah berkata "saya ingin engkau mengumpulkan tulang2ku dan tulang2 anakku dalam satu kain/kantong untuk kemudian di kuburkan."..fir'aun menjawab "akan aku penuhi permintaanmu"...lalu satu demi satu anaknya di lemparkan kedalam periuk mendidih itu di depan matanya,sampai akhirnya tinggallah seorang bayi yg masih menyusu.pada saat itupun tukang sisir pun tampak ragu2.si bayi diatas gendongan Masyithah"Atas izin ALLAH,tiba tiba berbicara,"terjunlah ibu!" ayo terjunlah,azab dunia lebih ringan dari pada azab akherat."mendengar anaknya berbicara si ibupun langsung terjun bersama bayinya..

PELAJARAN YG DAPAT KITA PETIK:

1.Anjuran untuk tetap sabar dan teguh ketika muncul fitnah.
2.Balasan itu sesuai dengan jenis amal yg di kerjakan
3.Bagi yg bersabar dalam memeggang teguh agama dan tidak takut di cela org,niscaya
memperoleh pahala dan ganjaran yg sangat besar sebagaimana firman ALLAH dalam
Q.S. Az-Zumar:10 "sesungguhnya hanya org2 yg bersabarlah yg di cukupkan pahala tanpa batas"
4.Seorang muslim di perbolehkan mengajukan permintaan yg mengandung kebaikan sekalipun
kepada thaghut,sebagaimana kisah ini.
5.Sesungguhnya ALLAH SWT senantiasa menberikan jalan keluar untuk para waliNYA dari
musibah atau bencana yg menimpanya.
6.Ketetapan Karamah ALLAH yg di berikan bagi org shalih dan shalihah
7.Karamah termaksud dalam katagori peristiwa langka dan luarbiasa.
*cerita ini di kutib dalam kisah teladan*

Sayangi dan Cintai Aku apa adanya aku...



Bila kecantikan lahiriah dapat membuatmu jatuh cinta, maka percayalah kekagumanmu itu akan berakhir... Namun bila kecantikan bathiniah yg dapat membuatmu mencintai maka kekaguman itu akan abadi,engkau akan selalu jatuh cinta kepadanya sampai akhir hayatmu....

KUMPULAN SEBAGIAN HADIST HADIST DHOIF TENTANG HAJI DAN UMROH

Setiap muslim pastilah mengetahui bahwa ibadah haji ke Baitullah merupakan salah satu rukun dari lima rukun agamanya. Dan kini, bulan pelaksanaan haji telah menjelang. Jutaan kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia akan membanjiri tanah suci yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Ucapan talbiyah menyambut panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala terluncur dari lisan tamu-tamu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala pujian, kenikmatan, dan kerajaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Berangkat ke tanah suci, melaksanakan ibadah haji dan umrah ini merupakan impian setiap insan beriman mewujudkan titah Allah Yang Maha Rahman, yang telah berfirman:
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِيْنَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali ‘Imran: 97)
Namun yang sangat disayangkan, banyak sekali hadits dhaif/lemah yang tersebar seputar ibadah yang agung ini. Terkadang, hadits-hadits itu dijadikan pegangan oleh sebagian kaum muslimin yang awam tentang hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal dalam syariat yang mulia ini, hadits dhaif tidak boleh dijadikan sandaran dalam suatu amalan, sekalipun dalam fadhailul ‘amal. Demikian menurut pendapat yang benar.
Sebagai bentuk peringatan bagi kaum muslimin, dalam lembaran rubrik Hadits kali ini, akan kami sebutkan sedikit dari sekian banyak hadits dhaif yang berkaitan dengan ibadah haji dan umrah. Kami nukilkan hadits-hadits tersebut dari kitab yang sangat berfaedah karya Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah yang berjudul Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah [1]. Kami katakan hanya sedikit yang kami bawakan dalam rubrik ini, karena lebih banyak lagi hadits dhaif yang tidak dapat kami sebutkan karena terbatasnya ruang.
Kami berharap, semoga yang sedikit ini menjadi perhatian kaum muslimin dan tidak lagi menjadikannya sebagai pegangan. Dan semoga kaum muslimin mau untuk selalu bertanya kepada ahlul ilmi (orang yang berilmu agama) tentang perkara agama mereka, mana yang diperintahkan dan mana yang tidak diperintahkan, mana yang shahih dan mana yang dhaif. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Bertanyalah kalian kepada ahludz dzikr (orang-orang yang berilmu) jika kalian tidak tahu.” (An-Nahl: 43)
Hadits-hadits Dhaif Berkaitan dengan Ibadah Haji
1. Keutamaan berhaji
الْحَاجُّ يَشْفَعُ فِي أَرْبَعِ مِئَةِ أَهْلِ بَيْتٍ -أَوْ قَالَ: مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ-
“Orang yang berhaji akan memberi syafaat kepada 400 orang ahlu bait –atau Nabi mengatakan: 400 orang dari ahlu bait (keluarga)nya–.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam Musnad-nya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 5091)
حُجُّوا تَسْتَغْنُوْا…
“Berhajilah kalian niscaya kalian akan merasa berkecukupan.…” (Al-Imam Al-Albani menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ad-Dailami, 2/83. Lihat Adh-Dha’ifah no. 3480)
حُجُّوا، فَإِنَّ الْحَجَّ يَغْسِلُ الذُّنُوْبَ كَمَا يَغْسِلُ الْمَاءُ الدَّرَنَ
“Berhajilah kalian, karena sesungguhnya haji itu mencuci dosa-dosa sebagaimana air mencuci kotoran.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’ (palsu), diriwayatkan oleh Abul Hajjaj Yusuf bin Khalil dalam As-Saba’iyyat, 1/18/1. Lihat Ad-Dha’ifah no. 542)
حَجَّةٌ لِمَنْ لَمْ يَحُجَّ خَيْرٌ مِنْ عَشْرِ غَزَوَاتٍ، وَغَزْوَةٌ لِمَنْ حَجَّ خَيْرٌ مِنْ عَشْرِ حُجَجٍ…
“(Menunaikan ibadah) haji bagi orang yang belum berhaji itu lebih baik daripada sepuluh peperangan. Dan (ikut serta dalam) peperangan bagi orang yang telah berhaji itu lebih baik daripada sepuluh haji….” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ibnu Bisyran dalam Al-Amali, 27/117/1. Lihat Adh-Dha’ifah no. 1230)
إِذَا لَقِيْتَ الْحَاجَّ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَصَافِحْهُ، وَمُرْهُ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَ بَيْتَهُ، فَإِنَّهُ مَغْفُوْرٌ لَهُ
“Apabila engkau bertemu dengan seorang haji, ucapkanlah salam padanya dan jabatlah tangannya, serta mohonlah padanya agar memintakan ampun bagimu sebelum ia masuk ke dalam rumahnya, karena orang yang berhaji itu telah diampuni.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Ahmad, 2/69 dan 128, Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin, 2/265, Abusy Syaikh dalam At-Tarikh, hal. 177. Lihat Adh-Dha’ifah no. 2411)
مَنْ مَاتَ فِي هذَا الْوَجْهِ مِنْ حَاجٍّ أَوْ مُعْتَمِرٍ، لَمْ يُعْرَضْ وَلَمْ يُحَاسَبْ، وَقِيْلَ لَهُ: ادْخُلِ الْجَنَّةَ
“Siapa yang meninggal dalam sisi ini, baik ia berhaji atau berumrah, niscaya amalnya tidak dipaparkan kepadanya dan tidak akan dihisab. Dan dikatakan kepadanya: ‘Masuklah engkau ke dalam surga.’” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni, 288. Lihat Adh-Dha’ifah no. 2187)
الْحَاجُّ فِي ضَمَانِ اللهِ مُقْبِلاً وَمُدْبِرًا، فَإِنْ أَصَابَهُ فِي سَفَرِهِ تَعْبٌ أَوْ نَصَبٌ غَفَرَ اللهُ لَهُ بِذلِكَ سَيِّئَاتِهِ، وَكَانَ لَهُ بِكُلِّ قَدَمٍ يَرْفَعُهُ أَلْفَ دَرَجَةٍ، وَبِكُلِّ قَطْرَةٍ تُصِيْبُهُ مِنْ مَطَرٍ أَجْرُ شَهِيْدٍ
“Orang yang berhaji itu dalam tanggungan/jaminan Allah ketika datang maupun pulangnya. Bila dia tertimpa kepayahan atau sakit dalam safarnya, Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya. Dan setiap telapak kaki yang ia angkat untuk melangkah, ia dapatkan seribu derajat. Dan setiap tetesan hujan yang menimpanya, ia dapatkan pahala orang yang mati syahid.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Ad-Dailami, 2/98. Lihat Adh-Dha’ifah no. 3500)
خَيْرُ مَا يَمُوْتُ عَلَيْهِ الْعَبْدُ أَنْ يَكُوْنَ قَافِلاً مِنْ حَجٍّ أَوْ مُفْطِرًا مِنْ رَمَضَانَ
“Sebaik-baik keadaan meninggalnya seorang hamba adalah ia meninggal dalam keadaan pulang dari menunaikan ibadah haji atau dalam keadaan berbuka dari puasa Ramadhan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ad-Dailami 2/114. Lihat Adh-Dha’ifah no. 3583)
2. Keutamaan berhaji yang disertai menziarahi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
مَنْ حَجَّ حَجَّةَ اْلإِسْلاَمِ، وَزَارَ قَبْرِي وَغَزَا غَزْوَةً وَصَلَّى عَلَيَّ فِي الْمَقْدِسِ، لَمْ يَسْأَلْهُ اللهُ فِيْمَا افْتَرَضَ عَلَيْهِ
“Siapa yang berhaji dengan haji Islam yang wajib, menziarahi kuburku, berperang dengan satu peperangan dan bershalawat atasku di Al-Maqdis, maka Allah tidak akan menanyainya dalam apa yang Allah wajibkan kepadanya.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’/palsu, disebutkan oleh As-Sakhawi dalam Al-Qaulul Badi’, hal. 102. Lihat Adh-Dha’ifah no. 204) [2]
مَنْ حَجَّ فَزَارَ قَبْرِي بَعْدَ مَوْتِي، كَانَ كَمَنْ زَارَنِي فِي حَيَاتِي
“Siapa yang berhaji, lalu ia menziarahi kuburku setelah wafatku, maka dia seperti orang yang menziarahiku ketika hidupku.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, 3/203/2, dan Al-Ausath, 1/126/2. Diriawayatkan pula oleh yang selainnya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 47) [3]
3. Haji dilaksanakan sebelum menikah
الْحَجُّ قَبْلَ التَّزَوُّجِ
“Haji itu dilaksanakan sebelum menikah.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, dibawakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir. Lihat Adh-Dha’ifah no. 221)
مَنْ تَزَوَّجَ قَبْلَ أَنْ يَحُجَّ فَقَدْ بَدَأَ بِالْمَعْصِيَةِ
“Siapa yang menikah sebelum menunaikan ibadah haji maka sungguh ia telah memulai dengan maksiat.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi, 20/2. Lihat Adh-Dha’ifah no. 222)
4. Banyak berhaji mencegah kefakiran
كَثْرَةُ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ تَمْنَعُ الْعَيْلَةَ
“Banyak melaksanakan haji dan umrah mencegah kepapaan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Al-Muhamili. Lihat Adh-Dha’ifah no. 477)
5. Tidak boleh mengarungi lautan kecuali orang yang ingin berhaji
لاَ يَرْكَبُ الْبَحْرَ إِلاَّ حَاجٌّ أَوْ مُعْتَمِرٌ، أَوْ غَازٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ، فَإِنَّ تَحْتَ الْبَحْرَ نَارًا وَ تَحْتَ النَّارِ بَحْرًا
“Tidak boleh mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji atau berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah, karena di bawah lautan itu ada api dan di bawah api ada lautan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1/389, Al-Khathib dalam At-Talkhis, 78/1. Lihat Adh-Dha’ifah no. 478)
6. Keutamaan ber-ihlal dari Masjidil Aqsha
مَنْ أَهَّلَ بِحَجَّةٍ أَوْ عُمْرَةٍ مِنَ الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى إِلَى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، أَوْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“Siapa yang ber-ihlal [4] haji atau umrah dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, atau diwajibkan surga baginya.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1/275, Ibnu Majah, 2/234-235, Ad-Daraquthni, hal. 289, Al-Baihaqi, 5/30, dan Ahmad, 6/299. Lihat Adh-Dha’ifah no. 211)
7. Ancaman bagi orang yang berhaji namun tidak menziarahi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
مَنْ حَجَّ الْبَيْتَ وَلَمْ يَزُرْنِي فَقَدْ جَفَانِي
“Siapa yang haji ke Baitullah namun ia tidak menziarahi kuburku maka sungguh ia telah berbuat jafa` (kasar) kepadaku.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, demikian dikatakan Al-Hafizh Adz-Dzahabi dalam Al-Mizan, 3/237, dibawakan oleh Ash-Shaghani dalam Al-Ahadits Al-Maudhu’ah, hal. 6. Demikian pula Az-Zarkasyi dan Asy-Syaukani dalam Al-Fawa`id Al-Majmu’ah fil Ahadits Al-Maudhu’ah, hal. 42. Lihat Adh-Dha’ifah no. 45)
8. Keutamaan menghajikan orang tua
مَنْ حَجَّ عَنْ وَالِدَيْهِ بَعْدَ وَفَاتِهِمَا كَتَبَ اللهُ لَهُ عِتْقًا مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لِلْمَحْجُوْجِ عَنْهُمْ أَجْرُ حَجَّةِ تَامَّةٍ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ
“Siapa yang menghajikan kedua orang tuanya setelah keduanya wafat maka Allah akan menetapkan dia dibebaskan dari api neraka. Dan bagi yang dihajikan akan memperoleh pahala haji yang sempurna tanpa mengurangi pahala orang yang menghajikan sedikitpun.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Abul Qasim Al-Ashbahani dalam At-Targhib. Lihat Adh-Dha’ifah no. 5677)
إِذَا حَجَّ الرَّجُلُ عَنْ وَالِدَيْهِ تُقْبَلُ مِنْهُ وَمِنْهُمَا، وَاسْتُبْشِرَتْ أَرْوَاحُهُمَا فِي السَّمَاءِ وَكُتِبَ عِنْدَ اللهِ بَرًّا
“Apabila seseorang menghajikan kedua orang tuanya maka akan diterima amalan itu darinya dan dari kedua orang tuanya, dan diberi kabar gembira ruh keduanya di langit dan ia (si anak) dicatat di sisi Allah sebagai anak yang berbakti (berbuat baik kepada orang tua).” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dalam, As-Sunan, 272, Ibnu Syahin dalam At-Targhib, 299/1 dan Abu Bakr Al-Azdi Al-Mushili dalam Hadits-nya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 1434)
9. Hadits dhaif tentang keutamaan berhaji dengan jalan kaki
إِنَّ لِلْحَجِّ الرَّاكِبِ بِكُلِّ خَطْوَةٍ تَخْطُوْهَا رَاحِلَتُهُ سَبْعِيْنَ حَسَنَةً، وَالْمَاشِي بِكُلِّ خَطْوَةٍ يَخْطُوْهَا سَبْعَ مِئَةِ حَسَنَةٍ
“Sesungguhnya orang yang berhaji dengan berkendaraan mendapatkan 70 kebaikan dengan setiap langkah yang dilangkahkan oleh kendaraannya. Sementara orang yang berhaji dengan berjalan kaki, dengan setiap langkah yang ia langkahkan mendapatkan 700 kebaikan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, 3/15/2, dan Adh-Dhiya` dalam Al-Mukhtarah, 204/2. Lihat Adh-Dha’ifah no. 496)5
10. Keutamaan thawaf
مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ خَمْسِيْنَ مَرَّةً، خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang thawaf di Baitullah 50 kali, maka ia terlepas dari dosa-dosanya sehingga keberadaannya laksana hari ia dilahirkan oleh ibunya (bersih dari dosa-dosa).” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, 1/164 dan selainnya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 5102)
طَوَافُ سَبْعٍ لاَ لَغْوَ فِيْهِ يَعْدِلُ رَقَبَةً
“Thawaf tujuh kali tanpa melakukan perkara laghwi (sia-sia) di dalamnya sebanding dengan membebaskan budak.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif jiddan (lemah sekali), diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, 5/8833. Lihat Adh-Dha’ifah no. 4035)
11. Hari Arafah
عَرَفَةُ يَوْمَ يُعَرِّفُ النَّاسُ
“Arafah adalah hari di mana manusia wuquf di Arafah.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnad-nya, hal. 93, Ad-Daraquthni, 257, Ad-Dailami 2/292. Lihat Ad-Dha’ifah no. 3863)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
[Dinukil dari Majalah Asy-Syari’ah vol. III/No.27/1427 H/2006, Judul Asli: Hadits-Hadits Dhaif tentang Haji]
____________
Footnote:
[1] Guru Besar kami Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab beliau Ijabatus Sa`il (hal. 567) berkata: “Adapun yang ditulis oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitabnya Silsilah Adh-Dha’ifah, ketika membacanya benar-benar menenangkan hati kami (karena tepat dan telitinya penghukuman beliau terhadap hadits, pen.).”
[2] Al-Imam Al-Albani rahimahullah berkata: “(Hadits ini maudhu’, tampak sekali kebatilannya) karena membuat anggapan telah diwahyukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa menunaikan perkara yang disebutkan dalam hadits berupa haji, ziarah kubur, dan berperang, bisa menggugurkan pelakunya dari hukuman bila ia bermudah-mudahan dalam meninggalkan kewajiban-kewajiban agama yang lain. Ini merupakan kesesatan. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amat jauh dari mengucapkan perkataan yang menimbulkan anggapan yang salah. Bagaimana lagi dengan ucapan yang secara jelas menunjukkan kesesatan?!” (Adh-Dha’ifah, 1/370)
[3] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam Al-Qa’idah Al-Jalilah (hal. 57) berkata: “Hadits-hadits tentang ziarah kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruhnya dhaif. Tidak ada satupun yang bisa dijadikan sandaran dalam agama ini. Karena itu, ahlu Shihah dan Sunan (ulama yang menyusun kitab Shahih dan Sunan) tidak ada yang meriwayatkannya sedikit pun. Yang meriwayatkan hadits-hadits semacam itu hanyalah ulama yang biasa membawakan hadits-hadits dhaif seperti Ad-Daraquthni, Al-Bazzar, dan selain keduanya.”
Kemudian Ibnu Taimiyyah rahimahullah membawakan hadits di atas. Setelah itu beliau berkata: “Hadits ini kedustaannya jelas sekali. Hadits ini menyelisihi agama kaum muslimin. Karena orang yang menziarahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hidupnya dan beriman kepada beliau, berarti orang itu termasuk shahabat beliau. Terlebih lagi bila orang itu termasuk orang-orang yang berhijrah kepada beliau dan berjihad bersama beliau. Telah pasti sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Janganlah kalian mencela para shahabatku. Maka demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, niscaya tidak dapat mencapai satu mud infak salah seorang mereka, dan tidak pula setengahnya.”
Seseorang yang hidup setelah shahabat, tidaklah bisa sama dengan shahabat hanya dengan mengerjakan amalan-amalan wajib yang diperintahkan seperti haji, jihad, shalat lima waktu, bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana lagi dengan amalan yang tidak wajib dengan kesepakatan kaum muslimin (yaitu menziarahi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)? Tidak pula disyariatkan untuk safar (menempuh perjalanan jauh) untuk mengerjakannya, bahkan dilarang. Adapun safar menuju ke masjid beliau guna mengerjakan shalat di dalamnya maka hal itu mustahab (disenangi).” (Lihat Adh-Dha’ifah, 1/123-124)
[4] Memulai ihram dan mengucapkan talbiyah
[5] Al-Imam Al-Albani rahimahullah berkata: “Bagaimana bisa hadits ini dianggap shahih, sementara yang ada justru sebaliknya? Di mana telah shahih riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan haji dengan berkendaraan. Seandainya berhaji dengan jalan kaki itu lebih afdhal, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memilih hal itu untuk Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itulah, jumhur ulama berpendapat bahwa haji dengan berkendaraan itu lebih utama, sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim.” (Adh-Dha’ifah, 1/711-712)

Sayangi dan Cintai Aku apa adanya aku...

Bila kecantikan lahiriah dapat membuatmu jatuh cinta, maka percayalah kekagumanmu itu akan berakhir... Namun bila kecantikan bathiniah yg dapat membuatmu mencintai maka kekaguman itu akan abadi,engkau akan selalu jatuh cinta kepadanya sampai akhir hayatmu...

Senin, 12 September 2011

MENGENAL KISTA DAN PENGOBATANNYA


Kista adalah sejenis tumor jinak yang terbungkus selaput. Kista dapat berisi cairan kental, udara ataupun nanah. Jumlah wanita yang terkena kista semakin meningkat dari hari ke hari dan biasanya tidak disertai keluhan atau gejala spesifik. Tetapi kalau sudah semakin besar dan letaknya menggganggu oragan lainnya maka penderita akan merasakan keluhan.
Kista merupakan tumor jinak tetapi 20-30% kista dapat berpotensi menjadi ganas.
Terbentuknya kista pada ovarium karena gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi. 1 sel telur dalam ovarium wanita setiap bulannya akan mengalami ovulasi dengan mengeluarkan inti sel telur dari folikel untuk kemudian ditangkap serabut fimbria dan ditempatkan di saluran ovarium (tuba falopii) untuk siap dibuahi jika bertemu sperma. Folikel yang sudah kehilangan inti sel telur akan mengalami degenerasi dan hilang dengan terjadinya menstruasi setiap bulannya. Namun ada kalanya proses keluarnya inti sel telur gagal terjadi sehingga gagal berovulasi sehingga dapat terjadi kista.
Begitu juga proses menstruasi yang terjadi tidak secara tuntas akan menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim dan menyebabkan terbentuknya kista.

Jenis Kista
Ada 4 macam kista indung telur. Kista fungsional, dermoid, cokelat (endometriosis) dan kista kelenjar (cystadenoma). Sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana terjadinya kista. Biasanya tumbuh sangat pelan dan sering terjadi keganasan pada umur lebih 45 tahun. Dari keempat kista ini yang paling banyak dan justru sering mengecil sendiri seiring dengan membaiknya keseimbangan hormonal adalah kista fungsional.

Sebagian besar kista tanpa gejala dan diketahui secara kebetulan pada waktu periksa dokter. Menurut pengalaman, diketahuinya menderita kista indung telur biasanya sewaktu periksa check up atau sewaktu periksa karena sebab lain.
Selain itu juga dapat timbul gejala yang khas untuk kista indung telur dan sangat terkait dengan jenis kista indung telur.

- Kista Fungsional. Sering tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila disertai komplikasi seperti terpuntir atau pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Kista fungsional ini paling sering terjadi dan sangat jarang pada dua indung telur. Ia bisa mengecil sendiri dalam waktu 1-3 bulan.

- Kista Dermoid. Kista ini terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi. Kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang dan lemak. Kista dapat terjadi pada dua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila kista terpuntir atau pecah.

- Kista Cokelat (endometrioma). Terjadi karena lapisan di dalam rahim (yang biasanya terkelupas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah), tidak terletak dalam rahim tetapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilkan darah haid, yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa pada satu atau dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid atau sexual intercourse.

- Kistadenoma. Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti kandung kencing sehingga dapat menyebabkan semacam ''beser''.

Apakah Bahaya?
Salah satu bahaya yang ditakuti ialah apabila kista tersebut menjadi ganas. Sekalipun tidak semua kista mudah berubah menjadi ganas. Berdasar kajian teoritik, kista fungsional yang paling sering terjadi dan sangat jarang menjadi ganas. Sebaliknya kistadenoma yang jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.

Bahaya lain dari kista adalah apabila terpuntir. Kejadian ini akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan memerlukan tindakan darurat untuk mencegah kista jangan sampai pecah. Apabila kista tersebut sampai pecah bisa mengakibatkan hal-hal yang sangat berbahaya bagi penderita.