Alhamdulillah maha suci Allah yang menciptakan persoalan –
persoalan bagi kita, yang dengan persoalan itu seharusnya kita jadi
tambah ilmu, tambah pengalaman, tambah wawasan dan tambah iman.
Memang ada kalanya hidup tidak berjalan sesuai dengan apa
yang kita harapkan. Gelombang ujian dan cobaan seakan tak henti
menerpa. Dari yang hanya membuat kita tertegun sejenak hingga yang
menjadikan kita terkapar tak berdaya karenanya. Pedih dan getirpun
menjadi rasa yang tertuai.
Namun ketika persoalan itu
muncul, terkadang yang terucap dari mulut kita adalah “ Ya allah
kenapa harus aku yang di uji?” seolah – olah menyalahkan dan
bersu’udzon kepada allah. seolah Allah tidak berpihak, sudah tahajjud,
shaum senin kamis, shaum daud, kok Allah tidak berpihak juga ya,
pernah tidak seperti itu? Nah jadi kita ini bukan saja harus
menyadari, namun juga harus bertanya pada diri sendiri, hidup ini
untuk apa? jawaban yang tepat untuk ibadah bukan? sebagaimana firman
Allah dalam surat Adz-Dzariyaat:56 yang artinya "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah (ibadah) kepada-Ku".
Kalau begitu tidak ada alasan untuk bersedih, apalagi
setelah kita merenungi hadits Rasulullah SAW yang kutipannya seperti
ini, bahwa Allah sedang memilih kepada siapa cinta-Nya akan
diberikan, kemudian Allah akan menguji hambanya dengan memberi
cinta-Nya apabila hambanya dapat sabar dalam cobaannya itu Allah akan
memilihnya untuk memberikan cinta-Nya dan apabila dia ikhlas, maka
Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dan ridho Allah ada beserta
hambanya yang ridho dan ikhlas.Jadi kalau lagi susah hati itu bukan
berarti Allah tidak berpihak, kenapa? karena Allah sedang menguji
kita dalam keadaan tidak berkenan, tidak enak, tidak menyenangkan,
cinta kita kepada Allah harus tetap tinggi. Adanya kesedihan yang
muncul, adanya fikiran kondisi tersebut karena Allah tidak berpihak,
jangan sampai membuat kita larut didalamnya, kenapa? karena kalau dalam
keadaan begitu Allah memanggil kita kemudian wafat, kita bagaimana?
Idealnya kita hidup di dunia ini ingin merasakan
kebahagiaan dan ketenangan. Tapi ternyata justru yang namanya hidup,
pasti penuh dengan ujian, sebuah keniscayaan yang telah jadi
sunatullohNya. Pada dasarnya kehidupan kita adalah kumpulan dari m
asalah demi masalah. Bahwa pergantian dan perpindahan dari satu waktu
ke waktu yang lain adalah perpindahan dan pergantian masalah demi
masalah. Karena hidup adalah tempatnya ujian atau masalah. Sebagaimana
firmannya :
“ Dan kami pasti akan menguji kamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah –
buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang – orang yang sabar
“ (Q.S Al baqarah : 155 )
“ Sesungguhnya kami
telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk
kami menguji mereka siapakah diantaranya yang terbaik perbuatannya” ( Q.S al Kahfi : 7 )
“
Apakah mereka mengira bahwa mereka akan di biarkan hanya dengan
mengatakan “kami telah beriman” dan mereka tidak di uji? Dan sungguh,
kami telah menguji orang – orang sebelum mereka, maka allah pasti
mengetahui orang – orang yang benar dan pasti mengetahui orang – orang
yang dusta” ( Q.S Al Ankabut 2- 3 )
karena hidup
itu warna warni. ada suka, ada juga duka, ada tertawa ada
menangis. Kita senantiasa berhadapan dengan masalah. Hanya saja
kadarnyamasalah itu berbeda – beda sesuai tingkatan kemampuan
seseorang dalam memikulnya. Karena hidup tidak selamanya merasakan
kebahagiaan saja pun tidak hanya merasakan kesedihan saja, setiap
manusia pasti memiliki episodenya masing-masing. Yang menjadi masalah
sebenarnya bukan pada masalahnya, namun masalah yang utama adalah sikap
kita terhadap suatu masalah. Dengan masalah yang sama ada yang
bersyukur, dan yang lain ada sebaliknya. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya
urusan orang beriman itu selalu baik, apabila di timpa kebaikan ia
bersyukur dan syukur itu baik baginya. Dan apabila ia di timpa
kesusahan ia bersabar dan sabar itu baik baginya.”
Sebuah contoh sederhana, ketika seseorang kehilangan sepasang alas
kakinya, sandal atau sepatu miliknya, pada detik itu ia merasa
mendapat musibah, namun tidak lama menjelang ia melihat orang yang
kehilangan kakinya, iapun bersyukur. Kenapa? Karena dirinya hanya
kehilangan alas kakinya saja, sementara saudaranya kehilangan kaki yang
tidak ternilai harganya. Subhanalloh. Jadi sebenarnya jangan takut
oleh persoalan hidup apapun, tapi takut salah menghadapi persoalan
hidup. yang harus terus kita yakini bahwa getirnya hidup, tidaklah
menandakan rahmat allah telah sirna, perihnya cobaan, bukanlah isyarat
bahwa kemurkaan allah sedang menggelayuti kehidupan ini. Sebaliknya,
getir dan perihnya rasa yang kita alami dapat menjadi tanda bahwa allah
sedang menghapus dosa – dosa yang pernah kita perbuat. Karena ada
dosa yang tidak bisa di hapuskan kecuali oleh rasa getir dan perih.
Ada dosa yang tidak bisa terhapus hanya oleh air mata penyesalan.
Ketika pedihnya terasa, disanalah dosa akan terampuni. Saat getirnya
membuncah di situlah kesucian akan tertuai. Hasilnya hatipun menjadi
tenang dan keberkahan hidup menjadi jaminan.
Bila
air dari gelas tumpah, apalah perlunya pikiran dan hati tenggelam
dalam kesedihan dan kekecewaan berlarut-larut. Biarlah semuanya
terjadi sesuai dengan ketetapan Allah. Kuatkan pikiran kita untuk
mencari air yang baru. Dengan demikian, Insya Allah tumpahnya air akan
menjadi keuntungan karena kita mendapatkan pahala sabar serta pahala
ikhtiar. Apa yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu rizki,
jabatan atau kedudukan, pasti akan Allah sampaikan. Tetapi apa yang
memang bukan milik kita, ia tidak akan bisa kita miliki. Meski ia
nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.
"Tiada
suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.." (al-Hadiid: 22-23)
Jadi ketika persoalan hidup datang menghampiri kita, apa yang harus kita lakukan? Yang pertama adalah Hati siap menghadapi yang cocok dengan keinginan dan siap menghadapi yang tidak cocok dengan keinginan. “
Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui “ ( Q.S Al Baqarah :
216 ) karena jelek menurut kita belum tentu jelek juga menurut allah,
ilmu allah sangat luas sedangkan ilmu kita sangatlah terbatas, siapa
tahu yang menurut kita itu jelek, ternyata itu adalah jalan kebaikan
bagi kita. Seperti minum jamu, diawal ketika kita meminumnya, kita
akan merasakan pahitnya jamu, tapi coba kita rasakan setelah minum
jamu, badan menjadi terasa lebih sehat, begitu juga dengan ujian yang
datang menimpa kita, pahit memang, getir juga iya, tapi ketika kita
bisa menyikapi ujian yang kita hadapi itu dengan berhusnudzan pada
allah, maka tidak hanya hati kita yang menjadi tenang, tapi akhlak
menjadi cemerlang dan allah pun pasti akan sayang. Kita boleh saja
menangis, tapi ini bukanlah akhir dari segalanya. Bukan kah selama ini
kita meminta pada allah untuk di tunjukkan jalan yang terbaik? Dan
mungkin iniah caranya allah untuk menunjukkan kepada kita mana jalan
yang terbaik bagi kita. Jika dengan datangnya ujian ini bisa
menjadikan kita menjadi lebih mengenal, dekat dan lebih cinta kepada
allah kenapa kita harus tidak rela? Ketika ujian ini bisa membuat kita
memperbaiki diri kenapa kita harus kecewa? Yang penting tugas kita
adalah luruskan niat, ibadah dan ikhtiar kita sempurnakan, selanjutya
terserah allah, karena tugas kita bukan menentukan segala – galanya.
Manusia hanya tahu apa yang telah terjadi dan dialaminya,
akan tetapi ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa datang. Karena
itu manusia perlu mendasarkan semua yang diinginkan dan diusahakannya
menurut ketentuan Allah dan dalam batas-batas yang diridlai-Nya.
Segala sesuatu yang terjadi, tidak ada yang di luar kehendak Allah.
Orang yang teguh imannya kepada Allah, ia yakin bahwa tidak ada
sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Oleh karena itu orang beriman
tidak mengenal putus asa. Jika terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan
atas dirinya, ia segera ingat kepada Allah. Boleh jadi ada hikmahnya,
yang saat ini ia belum mengetahuinya, ia dapat menghindari rasa
kecewa. Firman Allah: Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (Q. S. 4 : 19)
Langkah yang kedua adalah kalau sudah terjadi harus Ridho.
Karena tidak ridho pun tetap terjadi. Orang itu menderita bukan karena
kenyataannya, tapi karena tidak bisa menerima kenyataan. Dan orang
yang enak itu adalah orang yang bisa menghadapi kenyataan. Karena
ridho itu sendiri adalah menerima kenyataan sambil memperbaiki keadaan.
Terkadang kita sering mengeluh pada allah, “ Ya allah, kenapa ujianku
seberat ini?” ingat “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya itu”
(Q.S Al Baqarah : 286) Allah maha tahu kadar kesanggupan kita dalam
menghadapi ujiannya itu. Dan kita pasti mampu untuk menghadapinya.
Ketika ingin naik jabatan, kita rela bekerja sebaik mungkin demi
mendapatkan posisi yang kita inginkan,dan kita begitu senang ketika
sudah mendapatkannya, apalagi ini, ujian yang kita hadapi ini tidak
lain adalah agar kita menjadi hamba yang tinggi derajatnya di sisi
allah, apakah kita tidak merasa bangga, karena kita adalah hamba yang
masih di perhatikan dan di sayangi olehNya.
Langkah yang ketiga, ketika kita di uji adalah jangan mempersulit diri, Yassiru walaa tuassiru ya allah mudahkanlah jangan di persulit. lantas apakah kita harus frustasi dan berputus asa?
“
Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula kamu bersedih hati,
sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu orang yang beriman” ( Q.S Ali Imran : 139 )
“
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat allah, sesungguhnya allah
mengampui dosa – dosa semuanya. Sungguh dia lah yang maha pengampun
dan maha penyayang”( Q.S Az Zumar :53 )
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat allah sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat allah kecuali orang kafir “ ( Q.S Yusuf : 87 )
Ayat
– ayat di atas tentulah sudah cukup menjelaskan bagaimana kita harus
menyikapi suatu ujian, Saat ini kita takut kehilangan, mulai saat ini
kita tidak takut lagi, rezeki kita di tahan,tenang saja, sejak dari
rahim 4 bulan, allah sudah takdirkan rezeki kita. kalau kita sedang
ada masalah, tenang saja, karena tidak tenangpun tetap muncul masalah.
jadi tidaklah benar jika datangnya ujian menghampiri kita, membuat
kita semakin terpuruk, atau bahkan lebih parah lagi nyaris bunuh diri
karena tidak sanggup menghadapinya. Naudzubillah.
Selanjutnya yang ke empat adalah evaluasi diri.
Tafakuri diri, kenapa ini terjadi, Karena tidak ada suatu kejadian
tanpa seizin allah dan tidak ada sesuatu yang kebetulan melainkan atas
kehendaknya. Tayakan dengan jujur pada diri sendiri apa salah saya?
Apa perbaikan yang harus saya lakukan. dan berusaha untuk berubah
menjadi lebih baik.
Kita harus siap ketika ujian dan
cobaan akan terus menerus datang menghampiri. Ia tidak akan hilang
hingga segala karat – karat dosa kita terkikis olehnya. Seperti buah
kelapa, untuk dapat diambil santannya ia harus di jatuhkan terlebih
dahulu dari pohonnya yang tinggi, kemudian kulitnya harus di kelupas
dengan paksa hingga tak tersisa lagi.setelah bersih, ia lalu di belah
menjadi beberapa bagian. setelah itu, potongan – potogan kelapa
tersebut lalu di parut hingga hancur dan hanya menyisakan ampasnya.
Apakah telah selesai? Tentu saja belum, karena ampas kelapa itu akan
diperas hingga keluarlah santan, yang di sana manfaatnya baru terasa.
Begitu juga sifat dari ujian dan cobaan, ia akan terus melumat dan
menghancurkan segalanya, hingga yang tersisa adalah bagian – bagian
dari diri kita yang secara kualitas, telah siap menjadi para
pencintaNya.
Lalu kapan ujian ini akan segera
berakhir? ingat rumus puasa, kita menahan lapar dan haus karena yakin
sebentar lagi akan tiba saatnya untuk berbuka. hujan pasti berakhir,
badai pasti berlalu dan malam akan berganti siang. semakin beratnya
ujian justru semakin dekat dengan jalan keluar.
“maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
( Q.S Al Insyirah : 5-6 ) Setiap satu kesulitan di apit oleh dua
kemudahan. Dan rumus dalam menyikapinya adalah HHN ( Hadapi Hayati dan
Nikmati ) tidak akan kemana – mana pasti akan ada ujungnya.
Yakinlah bahwa setiap masalah sudah terukur oleh allah yang maha
mengetahui kesanggupan hambanya dalam menerima ujian dan masalah.
Hanya kita sering berprasangka buruk pada allah dan membatasi diri.
Apabila kita berfikir berat, maka akan berat terasa masalahnya.
Demikian juga sebaliknya. Berhati – hatilah dengan fikiran kita, karena
ia akan menjadi perkataan kita, dan berhati – hatilah dengan
perkataan karena ia akan menjadi perbuatan, berhati – hatilah dengan
perbuatan karena akan menjadi kebiasaan, serta kebiasaan akan
membentuk watak /akhlak.
Lalu pada siapa aku harus berharap? Dan inilah langkah yang kelima Bersandar hanya pada allah.”Cukuplah allah bagiku, tidak ada tuhan selain Dia dan hanya kepadaNya aku bertawakal.”
(Q.S At Taubah : 129). Orang yang bersandar terhadap sesuatu takut
sandarannya hilang, seorang istri yang bersandar kepada suami, takut
kehilangan suaminya, Bagi kita sebagai orang beriman, cukuplah allah
saja yang menjadi penolong kita. Ia menjadi penentu segala – galanya.
Jadikan setiap masalah menjadi bahan evaluasi diri, jalan memperbaiki
diri dan jalan mendekat kepada allah. Bagaimana caranya? “ wahai orang – orang yang beriman mohonlah pertolongan kepada allah dengan sabar dan shalat, sungguh allah beserta orang-orang yang sabar”
(Q.S Al Baqarah : 153) Memohonlah kepada allah untuk segera di beri
jalan keluar dari setiap masalah, tingkatkan terus ibadah kita kepada
allah, perbaiki shalat kita serta jangan lelah untuk bersabar.
Berusahalah untuk menjadi orang yang bertakwa, karena tidak akan rugi,
ketika kita berusaha untuk menjadi orang yang bertakwa, maka allah
akan memberi kita jalan keluar dari setiap masalah dan akan memberi
kita rezeki dari arah yang tidak di sangka – sangka. kita hidup tidak
sendiri. Selalu ada Allah dalam hati dan hidup kita dan Allah tidak
akan membiarkan Hamba-Nya dalam keterpurukan yang berkepanjangan.
Karena itu, saat ujian dan cobaan datang, Segeralah bertaubat agar
tak hanya pintu taubat yang terbuka, namun status menjadi pencintaNya
pun akan menjadi milik kita, tetapi bila ujian dan cobaan itu belum
tiba, jangan terlena olehnya. Tetaplah mendekatkan diri padaNya dan
selalu menempatkan allah sebagai satu – satunya tujuan dalam hidup
kita. Semua orang punya masalah, maka sebaiknya permohonan kita kepada
allah bukanlah tidak punya masalah tetapi mintalah kepadaNya agar
kita di beri kekuatan untuk menghadapi setiap masalah. Karena semua
masalah dan ujian adalah bagian dari tabiyah Allah atas kualitas
hambanya. Pasti ada kebaikan di balik setiap masalah yang menimpa
kita. jangan pernah khawatir karena sudah pasti Allah mempunyai
rahasia dibalik semuanya. Yakinlah dengan semua ujian yang Allah
berikan.“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. (Q.S At Taubah : 111 )
Semoga Allah menggolongkan kita menjadi hamba-hambanya yang
penuh semangat dan gairah hidup untuk menyempurnakan ikhtiar di jalan
yang diridhai-Nya, sehingga hidup singkat di dunia benar-benar penuh
kesan dan arti. Kita hidup didunia harus jelas tujuannya.cita-cita
terbesar dalam hidup kita ialah berjumpa dengan Allah SWT. Mengingat
mati, tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Setiap detik diisi dengan
penuh semangat memperbaiki diri dan berbuat yang terbaik. Semoga kita
digolongkan menjadi hamba-hamba yang dicintai Allah SWT. kuncinya
hanya satu: kesadaran penuh bahwa hidup didunia ini hanya mampir
sebentar saja karena memang bukan disinilah tempat kita yang
sebenarnya. Asal usul kita adalah dari surga dan tempat itu yang
memang layak bagi kita. Jika berminat dan bersungguh-sungguh berjuang
untuk mendapatkannya, maka Allah pun sebenarnya sangat ingin membantu
kita untuk kembali ke surga.
Kita memang harus
bertindak cermat agar "sang umur", sebagai modal hidup kita,
benar-benar efektif dan termanfaatkan dengan baik. Sebab, bisa jadi
kita tak lama lagi hidup di dunia ini. Akankah sisa umur ini kita
habiskan dengan kesengsaraan dan kecemasan padahal semua itu sama
sekali tidak mengubah apapun, kecuali hanya menambah tersiksanya hidup
kita? Tidak!, sudah terlalu lama kita menyengsarakan diri. Harus kita
manfaatkan sisa umur ini dengan sebaik-baiknya agar mendapat
kebahagiaan kekal di dunia dan di akhirat nanti.
Wallahualam bis shawab.
“Ya
Allah wahai yang maha tahu segala urusan dan masalah diri kami,
berikan kepada kami kelapangan hati ya allah, kejernihan fikiran dan
kelapangan qolbu. Agar setiap masalah yang engkau timpakan kepada kami
membuat kami semakin mengenal keagunganMu, semakin mengenal
kekurangan diri, dan semakin mengenal jalan pulang kepadaMu. Ya Allah
dosa kami begitu banyak, sedangkan taat kami sedikit, ampuni segala
dosa yang kami lakukan sebanyak apapun dosa itu, sebesar apapun dosa
yang kami lakukan. Sebengkok apapun jalan yang kami tempuh luruskan,
segelap apapun jalan hidup kami terangkanlah dengan nur hidayahMu,
Sesulit apapun masalah yang kami hadapi, mudahkanlah ya Robbana …“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar